FIC
Tarekat tasawuf tahlilan dan maulidan
Ittihad
Ada pula akidah sufi yang namanya ittihad, yaitu bersatunya seorang sufi (tasawwuf) sedemikian rupa dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aala setelah terlebih dahulu melalui penghancuran diri (fana’) dari keadaan jasmani dan kesadaran rohani untuk kemudian berada dalam keadaan baqa’ (tetap, bersatu dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aala)).
Paham ittihad pertama kali dikemukakan oleh sufi Abu Yazid Al-Bustami (meninggal di Bistam, Iran, 261 H/874 M). Pada suatu waktu pengembaraannya, setelah shalat subuh, Yazid Al-Bustami berkata kepada orang-orang yang mengikutinya:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada tuhan melainkan aku maka sembahlah Aku.”
Mendengar kata-kata itu, orang-orang menyertainya mengatakan bahwa Al-Bustami telah gila.
Menurut pandangan para sufi, ketika mengucapkan kata-kata itu, Al-Bustami sedang berada dalam keadaan ittihad, suatu maqam (tingkatan) tertinggi dalam paham tasawwuf.
Dalam keadaan ittihad, seorang sufi sering mengucapkan kata-kata yang aneh, seakan-akan ia mengaku sebagai tuhan, seperti yang diucapkan Al-Bustami di atas (sesungguhnya aku ini Allah, tiada tuhan melainkan aku maka sembahlah aku). Al-Bustami juga pernah mengatakan kata-kata, “Subhaani subhaani, maa azhma’a sya’ni (Mahasuci aku, Mahasuci aku, alangkah Mahaagungnya aku)”.
Tidak tersedia versi lain