30 Paspor di kelas sang profesor : kisah anak-anak muda kesasar di empat benua : Buku I
Paling lambat 1,5 bulan ke depan, kalian semua harus sudah berangkat!
Demikian ucapan Prof. Rhenald Kasali pada hari pertama masuk kuliah Pemasaran Internasional yang sontak membuat kelas gaduh luar biasa. Negara tujuan ditentukan saat itu juga. Sementara paspor harus didapatkan dalam waktu dua minggu ke depan.
Metode kuliah yang awalnya ditentang banyak orang tersebut—dari orangtua mahasiswa sampai sesama dosen—terbukti menjadi ajang “latihan terbang” bagi para calon rajawali. Demikian Prof. Rhenald mengibaratkannya. Tersasar di negeri orang dapat menumbuhkan mental self driving, syarat untuk menjadi pribadi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab.
Dalam jilid pertama buku ini, para mahasiswa mengalami sendiri berbagai pengalaman unik. Ketinggalan pesawat, digoda kakek-kakek genit, kena tipu oleh pengemis, adalah beberapa di antaranya.
“Tiga puluh mahasiswa yang hebat ini tidak perlu kelas perkuliahan untuk jadi sarjana yang siap terjun ke kejamnya persaingan hidup masa depan. Kelas mereka adalah alam jagat raya ini, yang hanya bisa dimasuki dengan keberanian, bukan diabaikan sambil bermalas-malasan. Dan mereka telah berhasil melaluinya dengan perjuangan sendiri yang penuh lika-liku dan tanjakan yang terjal.”—Dahlan Iskan, Menteri BUMN
“Duduk manis sambil melipat tangan di bangku kelas dan mendengarkan kalimat dosen dengan baik membuat kita jadi anak pintar. Sendirian nyasar keliling dunia guna memenuhi tugas sang profesor ini menjadikan kita manusia luar biasa.”—Alfatih Timur, founder kitabisa.co.id