TXT
GPS - Growth, Profit, and Solid : Navigating and Transforming Your Company Unto Growth - Profit - Solid
Interaksi growth-profit-solid atau GPS mutlak dipenuhi oleh sebuah organisasi perusahaan secara serentak. Perseroan akan mati, cepat atau lambat, jika tidak ada growth alias pertumbuhan, tidak ada profit, dan tidak solid. Perseroan bangkrut kalau salah satu elemen GPS tersebut tidak terjadi.
Misalnya, interkoneksi hubungan berikut ini, perseroan mencetak growth yang spektakuler, jika rugi terus alias tidak mencetak profit akan percuma. Pola seperti ini tidak akan bertahan lama. Dalam waktu singkat, perseroan akan kehilangan 'oksigen dan darah’, alias sumber daya untuk menggerakan roda perseroan. Akhirnya, perusahaan akan dipaksa mati, atau ganti pemilik, mengundang investor baru.
Hubungan GPS dipaparkan secara gamblang oleh Hendrik Lim, dalam buku berjudul GPS: Navigating and Transforming Your Company unto Growth-Profit-Solid. Buku ini juga melampirkan sejumlah artikel yang pernah dimuat di Bisnis Weekend. Buku setebal 345 halaman plus lampiran tersebut mengupas perihal Growth (Part 1), Profit (Part 2), Solid (Part 3) dan Transformasi GPS (Part 4). Perihal Growth terdiri dari lima bab, yakni Why Growth?, Enduring The Growth, Culture and Growth, Driver of Growth, dan Leadership and Growth.
Pada bab 5 soal Leadership and Growth dibahas bagaimana mereka yang berhasil tumbuh selalu mempunyai persamaan dasar, yakni mau, tahu, dan mampu. Hal itu karena sebaik apapun rancangan untuk growth organisasi, ujung-ujungnya juga yang menjalankan alias masalah klasik SDM.
Terkait part 2, Profit, Hendrik tidak begitu banyak mengulasnya. Dia hanya mengupas dalam dua bab, yakni bab 6 Strategi dan Profitabilitas, dan bab 7 Operasionalisasi Strategi. Salah satu kalimat yang menarik di bagian ini adalah there is no fail like success. Musuh terbesar sebuah strategi adalah keberhasilan strategi itu sendiri. Organisasi merasa masih bisa bertarung dengan senjata usang. Competitiveness perseroan menjadi taruhan. Omzet pun menurun dan profit tergilas.
Jika diibaratkan bangunan, perseroan yang mencetak growth dan profit, makin lama akan menjualang tinggi. Oleh karena itu, perseroan membutuhkan daya dukung dan daya topang organisasi yang solid.
Perihal Solid, Hendrik membahasnya dalam tiga bab, yakni Soliditas & Kinerja (bab 8), Fill in The Gap from Team Work to Performance (bab 9), dan Desain Kultur Organisasi (bab 10). Dia menyoroti keberadaan eksekutif HRD yang harus paham strategic management dan keadaan bisnis, tidak semata-mata soal pengembangan sumber daya manusia.
Bagian terakhir, perihal transformasi. Pada bagian ini Hendrik membaginya menjadi dua pembahasan, yaitu What Next? Dan teknik transformasi. Namun, sebelum melakukan transformasi, pihak internal diwajibkan memiliki komitmen 100% karena transformation is risky business. Jika sudah, terdapat pertanyaan kunci (key questions) yang harus dijawab untuk menjalankan proses transformasi.
Key Questions:
1. Apanya yang mau ditransfrom, pada bidang apa, (dengan kata lain, domain yang mau ditransform dan arahnya) mesti jelas didefinisikan. Pemetaannya mesti clear!
2. Bagaimana kita bisa tahu, area apa saja yang harus ditransform; apa saja alat bantu (forensic) diagnostiknya?
3. Kemudian, tujuan yang ingin didapat; Jika agenda transformasi tersebut sudah dilakukan. Apa goal akhirnya. Bagaimana mengukurnya?
4. Mengingat transformation is risky business, apa saja peran leaders & managers dalam menggelindingkan transformasi.
Tidak tersedia versi lain